Proyek Uji Coba yang Membayar Desa di Indonesia untuk memastikan mereka tidak Membakar Tanah mereka untuk Bertani, Sepertinya tidak banyak berpengaruh dalam mengurangi Kebakaran. Ketertiban tanpa Metode saat Pembukaan Lahan dengan Uang Alternatif yang lebih Murah, Lahan Uji Coba Dalam Mengurangi Insiden Kebakaran dan Penggunaan Api untuk Membuka Lahan dapat terus dilakukan secara luas di Seluruh Indonesia di Masa Mendatang.
Walau harus menghancurkan apa yang tersisa dari Hutan Negara, Uji Coba yang dilakukan secara Acak itu dilakukan di 75 Desa Rawan Kebakaran di Provinsi Kalimantan Barat. Tim Peneliti dari Universitas Stanford, Universitas Nasional Australia dan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Pemerintah Indonesia (TNP2K), Membayar 10 Juta saat Uji Coba di setiap Desa untuk membantu Upaya Pencegahan Kebakaran.
Jika Desa-Desa tersebut dapat Bertahan Selama Musim Kebakaran tanpa ada Kebakaran di Wilayah Mereka, Mereka akan menerima 150 Juta sebagai Uang Tambahan yang setara dengan 15% Anggaran Desa untuk Tahun tersebut. Proyek itu adalah Proyek yang Pertama dalam Pengujian apakah Pembayaran Tunai Bersyarat ke Desa-Desa dapat berhasil dalam mengurangi Kebakaran saat Pembukaan Lahan.
Untuk mengukur apakah Insentif Keuangan memiliki Efek Nyata pada Pengurangan Kebakaran di Desa-Desa. Para Peneliti memantau 200 Desa sebagai Kelompok di mana mereka tidak Menerima Bantuan Keuangan. Mereka kemudian Memantau Insiden Kebakaran dari Jarak Jauh menggunakan Satelit. 28% Hasil Penelitian menunjukkan bahwa 21 dari 75 Desa Insentif, Berhasil Bebas Kebakaran sepanjang Musim Kemarau. Meskipun pada awalnya Angka tersebut tampak mengesankan, Hasil Penelitian itu hampir sama dengan 29% di Desa Kelompok yang tidak Mengalami Kebakaran.
Kesimpulan Para Peneliti tentang Insiden Kebakaran tidak dapat dibedakan antara Desa-Desa yang memiliki Insentif Pencegahan Kebakaran dan Desa-Desa yang tidak memiliki Insentif. Mereka mencatat bahwa Distribusi Titik Api di Kedua Kelompok sangat mirip, Tanpa Kelompok Pembanding yang dapat dipercaya mungkin orang menyimpulkan Program mereka Berhasil sesuai Harapan tentang Pengurangan Kebakaran di 21 Desa.
Penerapan praktik Pencegahan Kebakaran tidak cukup untuk memberikan Hasil Bebas Api yang diinginkan, Karena Tidak ada yang Membayar secara Jujur untuk mereka. Walter P. Falcon, Seorang Profesor Kebijakan Pertanian dan Ekonomi di Universitas Stanford mengatakan hal itu mengejutkan Para Peneliti, Tidak adanya Tanggapan sama sekali terhadap Pembayaran Bersyarat.
Mereka mengira Efek Insentifnya akan cukup Tinggi tapi ternyata Tidak, Alasannya mungkin Pembayarannya tidak Cukup Besar. Insentif 150 Juta tidak dapat melebihi Kepraktisan Biaya Kebakaran yang Rendah dan Tingginya Nilai Tanah yang dibuka untuk Lahan Uji Coba, Mereka menemukan bahwa Kebakaran adalah satu-satunya cara Pembukaan Lahan.
Karena Membakar telah menjadi Metode yang paling Praktis dan Termurah untuk membuka Kawasan Hutan menjadi Lahan Pertanian untuk Kelapa Sawit, Karet dan Tanaman lainnya. Biaya Pembersihan Mekanis yang menggunakan Traktor dan Alat Berat lainnya diperkirakan Mecapai 2 Juta sampai 5 Juta per Hektar.
Menurut Warga Desa Hal itu menambah Nilai pada Lahan yang diolah dan Mengandung Arti selama masih ada Lahan yang tersedia untuk dibuka, Maka Pembakaran tidak akan berhenti. Nilai Bersih saat ini dari Lahan yang dibuka Relatif Tinggi dibandingkan dengan Biaya Pembakaran dan Godaan Ekonomi yang mengatasi Masalah Sosial untuk sejumlah Rumah Tangga.
Para Peneliti mencatat bahwa Pembakaran dan Penanaman juga merupakan Cara yang tidak langsung untuk mendapatkan Pengakuan atas Tanah Orang yang menempatkan Nilai Tinggi pada Hak Milik. Penggunaan Api juga Lazim di Lahan Gambut, Peneliti mengkaitkan dengan Asumsi Luas bahwa Penggunaan Api dapat mengurangi Keasaman Tanah Gambut dan menghasilkan Nutrisi Tanaman yang bermanfaat, Mungkin itu benar untuk Tanah Mineral tapi tidak berlaku untuk Tanah Gambut.
Bukti Poin mereka yang sering muncul dalam Percakapan menunjukkan masih adanya Kepercayaan yang luas tentang cara Membakar akan meningkatkan Nutrisi Tanah, Bahkan di Tanah Gambut. Rancangan yang sangat meragukan meskipun Pembayarannya cukup Besar, Program tersebut mungkin tidak memiliki dampak yang penting dalam Mengurangi Kebakaran, atau mungkin dalam Hal Praktik Para Peneliti masih sulit meyakinkan seluruh Desa untuk bertindak Kolektif.
Seorang enduduk Desa mungkin merasa bahwa Pembayaran kepada Pemerintah Desa tidak akan menguntungkan mereka secara Langsung, atau Korupsi di Pemerintahan Desa tidak memberi Insentif bagi mereka yang mengikuti Program. Keuntungan Pribadi akan melebihi Pandangan mereka Karena tujuan Program bukanlah soal Kebakaran.
Dari seluruh Desa sekitar 320 Rumah Tangga hanya 1% yang mempraktikkan Penebangan dan Pembakaran Lahan, Itu berarti Persepsi Umum sebagian besar Penduduk Desa tentang Pembakaran merupakan Persepsi yang salah. Mereka benar-benar terkejut dan percaya pada jumlah Rumah Tangga yang Relatif Kecil yang terlibat dengan Program Pembakaran.
Terlalu sedikit orang yang telah melakukan Perhitungan Dasar tentang Pembakaran dan itu sangat disayangkan, Tetapi Transfer Tunai digunakan oleh Desa-Desa untuk tujuan Pemadaman Kebakaran, Sedangkan dengan Insentif 20% lebih melakukan Pencegahan Kebakaran. Ada juga Peningkatan Besar dalam Jumlah Kelompok Satuan Tugas di dalam Desa yaitu Penduduk Desa yang melakukan Partisipasi dalam Patroli Kebakaran. Namun Peningkatan Pencegahan Kebakaran itu tidak terlalu berdampak pada Kebakaran yang sering terjadi.